Beberapa waktu lalu, saya sempat memiliki netbook Lenovo dengan kontrak model wikalah. Cicilannya perbulan selama setahun. Cicilan ini juga dilakukan secara berjamaah dengan beberapa rekan guru di sekolah.
Singkat cerita, ketika Om Amal, paman saya, menginstal netbook itu, dia bertanya, “Computer name-nya mau dikasih nama apa?”
“Ya, sembarang-lah. Kasih saja seperti contoh, for example Mr. John.” Saya tersenyum nyaris tertawa. “Misalnya, kasih nama For Example M. Faizi,”kata saya.
Seminggu lamanya saya pegang itu netbook, tiba-tiba kebutuhan banyak datang berbarengan, menyerbu kocek saya; listrik, telepon, kopi, dan macam-macam yang lain. Saya kelabakan. Dan karena saya merasa telah melanggar perjanjian saya dengan diri sendiri, bahwa cicilan untuk netbook itu akan saya upayakan dengan cara ‘bikin honor’ sementara seminggu ini saya hanya main facebook, habislah niat mencicil saat itu pula. Beban cicilan netbook yang hanya berusia seminggu dan kurang lebih 3 X charging itupun berpindah ke paman saya, Man Naqib.
Sejak saat itu, saya menyesal telah main-main. Ya, saya menyesal telah memberi nama computer name itu dengan embel-embel “for example” di depan nama saya. Betul, mungkin ini hanya main-main, tetapi kemungkinan lainnya, cara ini, jika berbarengan dengan kehendak Allah, akan juga menjadi sebuah pengharapan, dan nyata.
19 Mei 2011
03 Mei 2011
Paguyuban Becak: Korban Kesetiakawanan
Sore kemarin, saya naik becak dari pertigaan (congap) Larangan Tokol. Orang-orang suka menyebut tempat ini dengan satu kata yang populer, “Silur”, yaitu sebuah sebutan yang identik dengan nama pemilik toko yang berada di pertigaan itu.
* * *
Saya naik angkutan dari Guluk-Guluk, turun di Prenduan, lalu oper, naik angkutan lagi dan turun di Gurem. Saya berteduh sejenak dan hujan yang deras mengguyur, deras luar biasa. Dari Gurem saya oper lagi ke angkutan yang ke arah selatan untuk selanjutnya turun di Silur itu. Semua perjalanan saya dariGuluk-Guluk ini benar-benar perjalanan melawan hujan deras. Usaha saya memperoleh hasil sekitar 70% kering dan 30% dari basah dari total pakaian.
Namun, dari Silur itu, saya memanggil abang becak dan naik di depan.
“Mana?” tanyanya.
“Astah, Soklancar,” jawab saya singkat.
Becak dikayuh cepat. Tapi…
“Pak, mana ini tutup plastiknya?” tanya saya kepada si abang yang membiarkan saya terkena hujan.
“Gak ada,” enteng dia menjawab.
“Kenapa tidak diberi plastik?”
Sambil mengayuh cepat, dia menjawab, “Becak saya sudah diberi tudung plastik, tetapi kawan-kawan sesama kawan paguyuban becak selalu menyobeknya.”
“Lho, kok?”
“Iya, kata mereka biar sama-sama tidak pakai tutup plastik, dan penumpang tidak pilih-pilih becak kalau hujan begini..”
Astaga! Akhir cerita, saya tiba di lokasi dalam keadaan basah kuyup.
* * *
Saya naik angkutan dari Guluk-Guluk, turun di Prenduan, lalu oper, naik angkutan lagi dan turun di Gurem. Saya berteduh sejenak dan hujan yang deras mengguyur, deras luar biasa. Dari Gurem saya oper lagi ke angkutan yang ke arah selatan untuk selanjutnya turun di Silur itu. Semua perjalanan saya dariGuluk-Guluk ini benar-benar perjalanan melawan hujan deras. Usaha saya memperoleh hasil sekitar 70% kering dan 30% dari basah dari total pakaian.
Namun, dari Silur itu, saya memanggil abang becak dan naik di depan.
“Mana?” tanyanya.
“Astah, Soklancar,” jawab saya singkat.
Becak dikayuh cepat. Tapi…
“Pak, mana ini tutup plastiknya?” tanya saya kepada si abang yang membiarkan saya terkena hujan.
“Gak ada,” enteng dia menjawab.
“Kenapa tidak diberi plastik?”
Sambil mengayuh cepat, dia menjawab, “Becak saya sudah diberi tudung plastik, tetapi kawan-kawan sesama kawan paguyuban becak selalu menyobeknya.”
“Lho, kok?”
“Iya, kata mereka biar sama-sama tidak pakai tutup plastik, dan penumpang tidak pilih-pilih becak kalau hujan begini..”
Astaga! Akhir cerita, saya tiba di lokasi dalam keadaan basah kuyup.
Langganan:
Postingan (Atom)