31 Januari 2013

Tamu Sepeda

HARI RABU, 27 Nopember 2012, kami kedatangan 4 orang tamu dari Jakarta. Mereka adalah Ahmad Rizali (panggilannya Nanang, aneh, ya!), Liza (istri Pak Nanang), Tedi K. Wardhana dan juga istrinya, Sekar. Mereka datang ke Annuqayah sebagai tamu. Ini mungkin biasa saja. Yang tidak biasa adalah karena mereka datang dengan mengendarai sepeda.

Sore hari Rabu, saya menerima sebuah panggilan.
“Pak, ini dari Sekar, rombongan Pak Nanang.”
“Iya, posisi Anda di mana?”
“Di sekitar sekolah-sekolah, dekat masjid.”
“Ya, tunggu, saya segera ke situ.”

Saya heran, mengapa Pak Nanang bisa lupa lokasi Annuqayah padahal kedatangan dia ke Guluk-Guluk ini bukan kali pertama. Rupanya, setelah saya menjumpai rombongan, saya tahu kalau mereka masuk komplek pesantren dari utara, bukan dari arah timur sebagaimana biasanya. Langsung saya menyalami Pak Nanang. Saya perhatikan, pakaiannya basah. Tanpa pikir panjang, saya bertanya.

“Wah, selamat datang kembali, Pak Nanang. Kena hujan di mana?”
“Hujan? Tidak, kok. Cuaca cerah sepanjang perjalanan.”
“Itu kaos Anda kok basah?”
“Weleh, ini basah oleh keringat.”

Saya tersadar, mereka pasti capek karena mengayuh sepeda dari Ketapang (Sampang) sejak pagi setelah semalam bermalam di rumah Imam Junaedi. Mereka berangkat hari Selasa dari Bangkalan. Berdasarkan keter bagasi yang saya temukan, sepeda ini mereka bawa naik Garuda Indonesia dari Jakarta. ‘Perjalanan sepeda ontel yang cukup jauh’, batin saya.

Pak Nanang bersama rombongan akhirnya bernalam di rumah penginapan Pondok Pesantren Annuqayah. Esoknya, Kamis, 28 Nopember, Tedi K. Wardhana mengisi pelatihan fotografi. Pelatihan bertema “Pelatihan Fotografi dengan Kamera Ponsel” ini bertempat di komplek SMA 3 (Putri) Annuqayah. Adapun peserta terdiri dari siswa dan guru di lingkungan PP Annuqayah. Ada pula beberapa yang datang dari lembaga pendidkan sekitar (untuk membaca laporan tentang pelatihan fotografi, sialakan ikuti tautan ini).

Mendampingi Pak Tedi, hadir di acara itu Eko Prasetyo dari Jawa Pos. Dia memberikan materi bagian kepenulisan. Acara ini berlangsung seharian. Peserta sangat antusias, terutama pada sesi praktek. Muhammad Mushthafa selaku kepala SMA 3 Annuqayah, yang notabene juga dikenal sebagai penggerak “naik sepeda” di lingkungan kami, mengawal acara ini hingga selesai menjelang sore.

Rombongan meninggalakan Annuqayah pada hari Jumat, 30 Nopember 2012. Sebelum berangkat, saya kembali bertanya
“Ngayuh lagi ke Surabaya, Mas?”
“Ya, ndak lah, itu terlalu heroik,” balas Pak Nanang sambil tertawa.

Rombongan kembali ke Surabaya menggunakan angkutan umum. Kami mengantarkan mereka ke Prenduan. Semula mereka menunggu patas. Namun karena bis yang ditunggu tak kunjung lewat, juga karena adanya pertimbangan ingin merasakan penyeberangan Kamal-Perak dengan kapal ferry, akhirnya mereka pun memilih naik minibus saja, menuju Kamal. Sementara sepeda-sepeda mereka diangkut dengan mobil bak terbuka.

(KETERANGAN: 3 foto di atas oleh Sekar Dinihari; 2 foto lainnya oleh saya, M. Faizi)


23 Januari 2013

Krupuk Tangguk (Krupuk Raksasa)

“Krupuk Tangguk” merupakan krupuk yang unik  karena dianggap banang, yaitu besar pada jenisnya. Sepanjang yang saya tahu, krupuk ini dapat ditemukan di Madura, khususnya di daerah Pamekasan. Berdasarkan namanya (‘tangguk’), menurut anggapan saya, nama ini mengacu pada bentuknya yang sangat lebar seperti caping. “Tangguk” berasal dari Bahasa Madura, artinya caping, topi petani.

Suatu waktu, teman saya dari Jakarta, Fajar namanya, memesan krupuk ini, meminta saya agar memaketkannya ke Jakarta. Mungkin dia mendengar adanya krupuk besar dan unik ini dari liputan di televisi. Jelas, dan saya yakin, teman saya itu penasaran sama bentuknya, bukan pada rasanya.

Sebelum membeli krupuk, saya menghubungi agen paket, menjelaskan kepada petugasnya untuk kirim paket krupuk tangguk ke Jakarta. Kebetulan, ketika itu saya menghubungi paket ESL dari Karina. Petugas berpikir, lalu menyatakan keberatan. Alasannya, berat krupuk itu mungkin hanya 0,5 kilogram tapi “rua” (banyak makan tempat). Padahal, paket mempertimbangkan berat, kan? Lagi pula, nilai barang krupuk juga rendah, tidak seperti emas yang andaipun ringan tapi nilainya tetap tinggi.

“Jadi, tidak bisa, ya, Pak?” Saya memastikan.
“Iya, Mas. Itu banyak makan tempat. Mmm..” Petugas tampak berpikir lagi, lalu mengajukan usul, “Bagaimana kalau krupuk tangguk itu dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam kardus? Praktis, kan?”
“Ha, ha, ha,” Saya tetawa lalu menjelaskan kepadanya. “Nilai dari krupuk tangguk ini ada pada bentuknya, Pak, bukan pada rasanya. Kalau dipotong kecil-kecil, nggak jadi tangguk lagi deh.”

Saya dan dia sama-sama tersenyum.

(*foto oleh Marzukiy)

05 Januari 2013

Blogger Tertua

Photo by Romyan Fauzan
Arsyad Indradi (foto oleh Romyan Fauzan)
Siang itu, Ahad 30 Desember 2012, saya berkesempatan duduk semeja dengan penyair Arsyad Indradi. Pertemuan dengan penyair kawak dari Kalimantan Selatan ini tak disangka-sangka. Nama Arsyad Indradi sudah lama saya tahu. Beberapa fotonya juga sudah saya lihat di blognya, Penyair Nusantara.

Usia sepuhlah yang membuat takjub untuk hal ini, "blogging", bukan semata pada ranah kepenyairan yang digelutinya. Saya tahu dan saya kenal banyak orang sepuh yang masih aktif berkarya, menulis dan membacakan puisi di forum-forum sastra. Tapi, seorang penyair sepuh yang aktif nge-blog sungguh tidak banyak jumlahnya. Abah Arsyad, panggilan akrab penyair ini, adalah salah satu dari yang sedikit itu.


Pada kesempatan makan siang di Hotel Ratu, Jambi, dalam serangkaian acara Pertemuan Penyair Nusantara VI tersebut, saya memanfaatkan waktu untuk berbincang-bincang dengan beliau. Lelaki sepuh yang suka bercanda ini menyatakan telah lupa jumlah blog yang dia kelola. Kiranya, pernyataan ini bukanlah pernyataan mengada-ada jika disimak penuturannya.
"Ya, kira-kira 60 blog lah.."
"Wah, sebanyak itu, Bah? Dan semuanya di blogger?"
"Cuma satu yang pakai wordpress, lainnya pakai blogspot."
"Wah, salut, Bah. Saya mengelola 6 blog, Bah, dan merasa kewalahan," sambung saya mengimbangi pembicaraan. "Tiga pakai blogspot, 1 wordpress, 1 multiply, dan 1 lagi di myspace."

Arsyad Indradi bercerita banyak tentang aktivitas kesehariannya, khususnya ngeblog. Paparnya, beberapa waktu lalu ada media cetak nasional yang telah meliput kegemarannya akan blogging ini. Dia mempublikasikan karya-karya penyair Nusantara di blog yang dia buat berdasarkan prinsip kedaerahan itu. Karena begitu, maka wajar jika blog yang dia urus pada akhirnya menJadi banyak. Bahkan, jelasnya, dia masih akan menambah beberapa blog lagi, salah satunya adalah blog untuk penyair Sulawesi Utara.

Arsyad Indradi dan saya (M. Faizi)
"Maaf, Bah," kata saya menahan ucapan untuk melihat perubahan air muka, khawatir pertanyaan berikut ini menyinggung perasaannya, "Usia Abah berapa?"
"Mmm... 36!"
"Hah? 36? Lebih muda daripada saya, dong. Yang bener nih, Bah? Apa nggak terbalik tuh?!"

Setelah diam sejurus, Abah Arsyad terbahak-bahak, lalu berkata dengan sisa ketawa.
"Ooo... Salah, ya? Iya, mungkin angka itu memang terbalik," katanya menahan senyuman.


Dengan usia segitu sebagai blogger, Pak Arsyad Indradi mungkin punya teman sebaya atau mungkin pula ada blogger yang lebih tua darinya. Namun dengan usia 63 tahun dengan menjadi admin bagi 60-an blog yang dikelolanya, kiranya ini adalah keajaiban yang lain. Semoga Pak Arsyad masih terus setia dan terus kreatif, berkah dalam usia.  

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog