20 Februari 2009

MATI LAMPU


SEBAB: Di desa saya, tidak ada industri besar dan tidak ada pula tempat-tempat pariwisata.
AKIBAT: Saya selalu caremmet karena di desa tempat saya tinggal, listrik selalu padam.
(Jawaban yang betul adalah “B”: pernyataan benar, alasan benar, tetapi tidak ada hubungan sebab-akibat).

Ingat model pertanyaan ujian begini di zaman dahulu kala? Ya, itulah yang sedang menimpa hidupku di malam yang sepi dan sunyi ini. Bukan hanya sering padam, voltage-nya saja sering turun-naik seperti salebbar, tapi masih untung tidak mondar-mandir seperti setrika.

Saya bertanya, mengapa begitu sedih nasipku ini?
Maafkan daku. Mengapa kauperlakukan diriku sedemikian rupa?
Ataukah karena engkau….






DOA NAIK BIS JELEK [dalam empat bahasa]



Allahumma ballighnaa wa balligh ma ma’anaa. Allahumma sallimnaa wa sallim maa ma’anaa. Allahumma innaa na’udzubika min syarri hadzash-shan’isy-syanii’, wa min syarri ma ma’ahu

minal mulawwitsaati wal-muaksidaat. Allahumma-r-zuqnaa nauman na’iiman

badalan min hadzal ghatsayaan al-muhiin. Amiin.



BAHASA INDONESIA

Ya Allah, bawalah kami dengan selamat sampai tujuan. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari kejinya hasil produk manusia yang buruk minta ampun ini, beserta segala kejelekan yang dihasilkannya dari berbagai bentuk polutan dan oksidan. Anugerahilah hamba dengan tidur nyaman bukan mabuk perjalanan. Amien.


BASA MADHURA

Duh Ghusteh, nyo’on padapa’ aghi abdhinah sadhajah dha’ tojjhuwan kalaban bharas tor salamet. Duh Ghusteh, saongghuna abdhinah sadhajah abellas pangaobhan dari mudaratta ebbis se ce’ jhuba’na ka’dinto, tor dari sadhajanah cacemmer ban panyake’ se eghibah. Duh Ghuste Pangeran, abdhinah sadhajah nyo’onah pangiddhe aghi kalaban sae etembhang mabuk se ce’ matodussa ka abha’. Amien.


IN ENGLISH

O God, may you please take us safely in this trip you blessed. O, may You God protect us –please-- from the evil of this perfectly very mean human-product and the evil it brings of such kind of pollutants and oxidants. O God please rest us in peaceful sleep rather than this embarrassing carsick. Amen.


PERINGATAN KONTEN:
Doa ini telah diijazah mutlak oleh Almukarrom Syaikh Pangapora kepada saya.
Syaikh berkata, "Doa ini kurang baik diajarkan pada anak-anak di bawah usia 16 tahun."
Beliau juga menambahkan, "Bagi yang ingin mengamalkan, haruslah sowan biar mujarrab,
dan hendaknya hanya boleh dibaca di atas bus (ebbis)
se ongghu-ongghu enga' baddanah kaleng bus-bus..."

19 Februari 2009

Beberapa Hal Tentang Madura 2

Ini pemandangan di desa:

Kalau ada suami-istri sedang jalan bareng, biasanya si suami berjarak 5-7 meter di belakang sang istri. Bahkan terkadang ada yang berjalan di seberang jalan. Kemungkinan baik: suami enggan atau risih ''merasa mesra'' dilihat masyarakat umum. Kemungkinan buruk: jaga-jaga ada serangan sehingga jika tidak kena dua-duanya sekaligus.

Anehnya, pemuda-pemuda desa suka nongkrong di pinggir jalan tetapi dengan posisi memunggungi/membelakangi jalan. Anehnya lagi, nongkrongnya justru di bibir jalan (dengan separuh kaki di atas aspal), bukan di teras. Padahal, salah satu tujuan nongkrong adalah melihat lalu-lalang orang/kendaraan, tetapi mengapa dengan cara ''memunggungi jalan''? Akibatnya, mereka harus menoleh 90-180° jika ada orang yang lewat. Bukan penelitian memang, tapi bisa jadi, orang-orang tua Madura yang di masa mudanya suka nongkrong, akan lebih banyak sakit/keseleo urat lehernya karena sering menoleh di waktu muda.

Lagi-lagi bukan penelitian memang, tapi mungkin, jika Anda menemukan 7 dari 10 orang yang merokok saat mengemudikan sepeda motor, insya Allah dia orang Madura (juga berlaku jika pemandangan ini Anda temukan di San Francisco, Madrid, ataupun di Moskow saat udara dingin mencucuk tulang sumsum).

Membawa beban berat sekalipun, perempuan Madura cenderung ''menyunggi'' (nyo'on), tidak seperti perempuan-perempuan Jawa (khususnya Jogja yang saya tahu) yang suka membawa beban berat dengan menggendong. Bukan penelitian memang, tapi kalau diperhatikan, jarang (jika diperbandingkan) perempuan Madura yang bungkuk di saat tua meskipun tidak minum susu anti-osteoporosis. Alasannya: menyunggi (nyo’on) mengharuskan badan dalam posisi tegap untuk menjaga keseimbangan, berbeda dengan menggendong beban berat yang mengharuskan berjalan doyong untuk mengurangi berat beban.

Tidak menuduh latah memang, tetapi orang-orang Madura (utamanya di daerah Sumenep/Pamekasan, dan lebih khusus lagi di desa-desa) sangat suka fashion bermerek serupa, yakni Topsy, Hassenda, dan Carvil.

Orang Madura punya kecintaan terhadap kata "Madura'' secara luar biasa. Berbeda dengan orang Sumatera Utara yang menyebut diri berasal dari "Medan'' (meskipun berasal dari kota-kota kabupaten di luar Medan) atau orang eks-Karesidenan Surakarta di tanah rantau yang menyebut diri dari ''Solo'' (meskipun berasal dari Wonogiri atau Boyolali), orang Madura lebih dari itu. Orang Madura memaksakan diri menulis kata “Madura”, misalnya, dalam alamat surat atau formulir data diri, contoh:

Nama: Abd.Razak, dengan alamat:
Pordapor (sebagai desa),
Guluk-Guluk (sebagai kecamatan),
Sumenep (sebagai kabupaten),
Madura (sebagai apanya? masa sebagai eks-karesidenan/nama pulau?),
Jawa Timur (provinsinya)…

15 Februari 2009

UJI KONSENTRASI

LATAR RUANG: Jam dua belas lewat sekian
LATAR WAKTU: Kelas 3-A MTs 1 Annuqayah
MATERI PELAJARAN: Kitab Fara-idul Bahiyyah
USTAD: Pak Misqala

Anak-anak menunduk, terkantuk-kantuk.

Wa qaala” terdengar suara Pak Misqala yang berwibawa membacakan kitab, dan kemudian ia mengulangnya kembali dengan penjelasan maknanya.
“Wa qaala, dan berangkat siapa man..”
Murid-muridpun semakin menekur, memaknai kitabnya.

Tiba-tiba, terdengar celetuk dari bangku tengah.
"Pak, masa’ qaala artinya berangkat sih? Bukannya berkata?"
Dengan enteng Pak Misqala menjawab,
“Lah, dari 5 tahun yang lalu kalian tahu qaala selalu diartikan berkata, masa’ kali ini saja kalian mau mengartikan qaala dengan berangkat?”

[Ta’dhim buat Pak Misqala. Keren benar ini ustad. Cangkolang, Pak.
Saya jadi teringat syiir qahwatul bunni-nya].

SAWA-UN ‘ALAIHIM


“Tolong belikan lontong…”

“Di mana?” tanya Lutfi.

“Di warung selatan STIKA, itu lho yang jualan rujak.”

Tiga belas menit berselang, si Lutfi datang membawa sebungkus rujak. Dengan senyum manis ia berkata, “Maaf, tak ada kembalian. Soso’-nya dikasih krupuk!” (waduh, mata uang rupiah yang baru lagi, nih)


Setelah beterima kasih dan si Lutfi pergi, saya panggil Zuhdi.

“Di, tolong belikan lontong, satu saja, di warung selatan STIKA. Barusan saya nyuruh Lutfi tetapi ia salah paham; beli rujak lontong,” kata saya sambil menyerahkan beberapa lembar uang dari saku. Saya lupa tidak melihatnya, berapa.


Tiga belas menit berikutnya, Zuhdi datang membawa lebih dari satu lontong dan tidak ada uang kembalian. Oogh!



10 Februari 2009

SAPI UNTUK BIAYA KULIAH


Baru 6 bulan Kacong kuliah, dia sudah minta duit 6 juta buat beli laptop. Caranya, agar tidak banya basa-basi, dia foto kopi uang kertas 100 ribuan sejumlah 60 buah dan mencantumkan syarahnya: “Segera kirimkan ASLI-nya!!”.

Rupanya, sang Babe tak mau kalah. Surat Babe lebih singkat:


Kacong tidak mau sapi piaraannya dijual dengan alasan Babe tak punya uang. Sapi itu, meskipun kurus, adalah sapi kesayangannya. Karena itu, 2 bulan berikutnya Kacong bikin surat lagi. Kali ini berbunyi seperti ini: “Pak, minta duit 2 juta buat bayar kos! Cepetan, ya!”

Seminggu berikutnya, Babe dengan gesit membalas: “Loh, kamu itu kuliah apa ngekos? Kalau kuliah, ya, kuliah saja, kalau ngekos, ya, ngekos saja. Masa’ kuliah sambil ngekos? Banyak biaya jadinya!”


DUA NOL UNTUK BABE!


Setalah 6 tahun Kacong kuliah tidak selesai-selesai, capek juga akhirnya si Babe. Dikirimlah SMS intimidasi (zaman itu sedang zaman SMS, jadi ndak perlu surat udara): “Sudah kutransfer. Uang itu buat terserah: buat SPP, buat kos, atau buat sewa truk untuk angkut semua perlengkapanmu.”


Seminggu beriktunya, Kacong menjumpai ayahnya. Kali ini tidak melalui surat, tetapi secara langsung: wajhan bi wajhin. Kacong pulang beneran, membawa semua barang. Ijazah tidak dibawa karena sewaktu Kacong mau boyongan, ketika pihak kampus nyetak ijazah, printernya kehabisan tinta, demikian jawaban Kacong!


BERAPA SKOR SEKARANG?


(trims buat Robi Apoy atas inspirasi "tokoh cerita", juga buat tastabun atas inspirasi "sapi"-nya)

04 Februari 2009

CAKAP TAK BAIK = KORMEDDAL: KACAU SAMPAI RATA!



Pak! Kok saya dapat E?

Lho, kamu sih tidak bikin tugas.

Kapan ada tugas, Pak?

Kan sudah diumumkan di papan pengumuman.

Wah, mungkin dibawa kabur angin, Pak!

Ah, kamu! Alasannya pake template klasik.

Jadi saya tetap dapat E, Pak?

Ya, iyalah!

Jangan E lah, Pak, C saja, biar saya tidak perlu mengulang.

Kalau cuma target tidak mengulang, D saja sudah cukup.

Ya, jangan, Pak, nanti saya tidak bisa.. [sensor] C saja, ya, Pak!

D!

C, ya?

Saya bilang ed…… D!

Ayolah, Pak, C, ya? Atau B saja?

D!

Baik, dah. C, ya?

D!

Ayolah, Pak, C, ya?


(dosen itu diam sejenak, lalu berkata lagi)


Kamu anaknya Bu Mus, ya?

Ya, betul, Pak, emang kenapa? Bapak akrab dengan Ibu saya, ya? Jadi...

Pantesan pinter nawar! Oke, saya kasih E. Titik! Nilai kok direken Cakalan..


(bersambung ke ruang dosen)

02 Februari 2009

NYALEG JUGA, AH!



Kormeddal kembali lagi!


Seiring dengan maraknya persiapan pemilu, ditandai dengan berjubelnya baliho dan pamflet di tepi jalan, kormeddal juga ingin nampang: sebagai caleg, dan secara kayaknya, akan banyak dipilih karena punya ideologi lingkungan: nempel pamfletnya di blog, nggak ditempel di pohon-pohon agar tidak merusak pemandangan dan lingkungan!

Emang cuma lo yang bisa nampang, gue juga! He...


disain grafis oleh zaen VH 212@partelon
maaf, foto ke-2 dihapus karena takut dicari KPU

Entri Populer

Shohibu-kormeddaL

Foto saya

Saya adalah, antara lain: 6310i, R520m, Colt T-120, Bismania, Fairouz, Wadi As Shofi, Van Halen, Puisi, Hard Rock dll

Pengikut

Label

666 (1) Abdul basith Abdus Shamad (1) adi putro (1) adsl (1) Agra Mas (1) air horn (1) akronim (1) Al-Husari (2) alih media (1) Alquran (1) amplop (1) Andes (1) Android (1) anekdot (3) aula asy-syarqawi (1) Bacrit (2) bahasa (5) baju baru (1) baju lebaran (1) Bambang Hertadi Mas (1) bani (1) banter (1) Basa Madura (1) basabasi (1) batuk (1) bau badan (1) bau ketiak (1) becak. setiakawan (1) belanja ke toko tetangga (1) benci (1) bis (3) bismania (2) BlackBerry (1) Blega (1) blogger (2) bodong (1) bohong (2) bolos (1) bonceng (1) bromhidrosis (1) Buang Air Besar (BAB) (1) buat mp3 (1) budaya (1) buku (2) buruk sangka (2) catatan ramadan (4) celoteh jalanan (1) ceramah (1) chatting (1) chemistry (1) cht (1) Cicada (1) Colt T 120 (1) corona virus (1) Covid 19 (1) cukai (1) curhat (5) defensive driving behavior development (1) dering (1) desibel (2) diary (1) durasi waktu (1) durno (1) ecrane (1) etiket (17) fashion (2) feri (1) fikih jalan raya (1) fikih lalu lintas (1) fiksi (2) filem (1) flu (1) gandol (1) gaya (1) ghasab (1) google (1) guru (2) guyon (1) hadrah (1) handphone (1) Hella (1) hemar air (1) Hiromi Sinya (1) humor (2) IAA (1) ibadah (2) identitas (1) ikhlas (1) indihome (1) inferior (1) jalan raya milik bersama (1) jamu (1) jembatan madura (1) jembatan suramadu (2) jenis pekerjaan (3) jiplak (2) jual beli suara (1) Jujur (3) Jujur Madura (1) jurnalisme (1) jurnalistik (3) KAI (1) kansabuh (1) Karamaian (1) karcis (1) Karina (1) Karma (1) Kartun (1) kebiasaan (5) kecelakaan (2) kehilangan (1) kenangan di pondok (1) Kendaraan (2) kereta api (1) keselamatan (1) khusyuk (1) kisah nyata (7) Kitahara (1) kites (1) klakson (1) klakson telolet (1) kode pos (2) kopdar (2) kopi (1) kormeddal (19) korupsi (2) KPK (1) kuliner (2) L2 Super (2) lainnya (2) laka lantas (1) lakalantas (1) lampu penerangan jalan (1) lampu sein (1) layang-layang (1) lingkungan hidup (3) main-main (1) makan (1) makanan (1) malam (1) mandor (1) Marco (1) masjid (1) Mazda (1) MC (1) menanam pohon (1) mengeluh (1) menulis (1) mikropon (1) mimesis (1) mirip Syahrini (1) mitos (1) modifikasi (1) money politic (1) Murattal (1) musik (1) nahas (1) napsu (1) narasumber (1) narsis (1) Natuna (1) ngaji (1) niat (1) Nokia (1) nostalgia (2) Orang Madura (1) Paimo (1) pandemi (1) pangapora (1) paragraf induktif (1) parfum (1) partelon (1) pasar (1) pekerjaan idaman (1) pemilu (1) peminta-minta (1) penata acara (1) pendidikan (1) pendidikan sebelum menikah (1) penerbit basabasi (1) pengecut (1) penonton (1) penyair (1) penyerobotan (1) Pepatri (1) perceraian (2) Perempuan Berkalung Sorban (1) perja (1) perjodohan (1) pernikahan (1) persahabatan (1) persiapan pernikahan (1) pertemanan (1) pidato (1) plagiasi (2) plastik (1) PLN (1) pola makan (1) poligami (1) polisi (1) politik (1) polusi (1) polusi suara (2) Pondok Pesantren Sidogiri (1) ponsel (2) popok (1) popok ramah lingkungan (1) popok sekali pakai (1) PP Nurul Jadid (1) preparation (1) profesional (1) PT Pos Indonesia (1) puasa (5) publikasi (1) puisi (2) pungli (1) Qiraah (1) rasa memiliki (1) rekaan (1) rempah (1) ringtone (1) rock (1) rokok (1) rokok durno (1) rumah sakit (1) Sakala (1) salah itung (2) salah kode (3) sanad (1) sandal (1) santri (1) sarwah (1) sastra (1) sekolah pranikah (1) senter (1) sepeda (3) sertifikasi guru (1) sertifikasi guru. warung kopi (1) shalat (1) shalat dhuha (1) silaturahmi (1) silaturrahmi (1) siyamang (1) SMS (1) sogok bodoh (1) sopir (1) soto (1) sound system (1) stereotip (1) stigma (1) stopwatch (1) sugesti (1) sulit dapat jodoh (1) Sumber Kencono (1) Sumenep (1) suramadu (1) syaikhona Kholil (1) syawalan (1) takhbib (1) taksa (1) tamu (2) Tartil (1) TDL (1) teater (1) teknologi (2) telkomnet@instan (1) tengka (1) tepat waktu (1) teror (3) tertib lalu lintas (28) The Number of The Beast (1) tiru-meniru (1) TOA (2) tolelot (1) Tom and Jerry (2) tradisi (1) tradisi Madura (4) transportasi (1) ustad (1) wabah (1) workshop (1) Yahoo (1) Yamaha L2 Super (1)

Arsip Blog